BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat
yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di
dunia. Pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76
juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa,
yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Sumatera Barat
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi penghasil tanaman
kelapa yang sangat petensial. Pada tahun 2010 Sumatera Barat produksi kelapa di
Sumatera Barat mencapai 89.309 Ton, dan pada tahun 2011 mencapai 89.956 ton.
Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi
maupun sosial budaya. (Sumber
Data: Statistik Perkebunan Indonesia 2009 – 2011, Direktorat Jenderal
Perkebunan, Departemen Pertanian).
Serat sabut
kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah merupakan komoditi
ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7 ribu ton pada tahun
1990. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia,
pangsa pasar serat sabut kelapa masih sangat kecil. Kecenderungan kebutuhan
dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan perkembangan jumlah dan
keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam menggunakan serat sabut
kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu, merupakan potensi yang besar bagi
pengembangan industri pengolahan serat sabut kelapa.
Sabut kelapa
merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa,
yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara
rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka
berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi
produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk
kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Serat sabut kelapa,
atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai serat sabut
kelapa (Coco Fiber),
Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan
sabut kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk
bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan
teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke
bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku
industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard.
Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut
kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan
kursi mobil, Spring Bed. Selain itu, pemanfaatan serabut kelapa dapat dibuat sebutret
, yaitu seperti kasur, sebutret dari serabut kelapa bisa digunakan bahan jok
meubelair, pesawat dan kapal, dapat juga digunakan sebagai pembuatan matras
olah raga lantai, dan peredam suara studio atau karpet lantai dan lain
sebagainya,
Berdasarkan petensi dan pemanfaatan serat kelapa yang
memiliki nilai jual dan nilai tambah, maka kami memiliki ide bisnis untuk
membuat usaha penjualan Sarung Laptop
dari sabut kelapa. Ide ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan
komunikasi, yaitu permintaan akan produk-produk elektronik semakin meningkat di
Indonesia beberapa tahun terakhir. Peningkatan permintaan ini diikuti oleh Selain itu, mengamati perkembangan
permintaan dan penjualan akan alat komunikasi dan kantor seperti, Laptop,
notebook, iPad, Handphone, tablet dan lainnya cukup tinggi, maka permintaan akan
tas laptop dan laptop case seiring dengan penjualan laptop di pasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar